SITUS SEJARAH PECINAN TINGGI

 




 SITUS SEJARAH  PECINAN TINGGI

Link Chanel You Tube

 https://youtu.be/SxB96CsxB5c

https://youtu.be/dk8L46G7fNo


Perdagangan internasional  tercatat telah ada di Banten, sejak masa kerajaan Hindu-Budha di Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Banten Girang dan Kesultanan Banten yang memiliki peranan penting dan sangat besar betkontrubusi dalam menumbuhkan perkekonomian, hal ini  Berdasarkan laporan Penelitiann Ecole Francaise d'Extreme-Orient (EFEO) bersama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang  laporannya di susun oleh Claude Guillot, Sonny Wibisono, dan Lukman Nurhakim serta di terbitkan sebagai buku oleh Kemendibud 1996, bahkan di dukung oleh berbagai tesis tentang Kerajaan Kerajaan Nusantara sebagai bukti nyata adanya Bandar Bandar perdagangan yang berumur tua , hal ini merupakan sebagai pijakan keterbukaan dan pengaruh yang kuat terhadap kedatangan bangsa bangsa untuk datang ke Banten.

 

Perdagangan di Banten tumbuh dengan cepat baik bersifat local, regional, nasional bahkan internasional di sebabkan Banten adalah daerah strategis untuk di lalui pedagang pedagang asing, para penjelajah samudera atau pelaut ketika berlayar berpatokan pada dataran tinggi seperti Gunung Pulosari, gunung Asepan, gunung Karang atau gunung Gede Merak, sehingga para penjelajah samudera tersebut akan lebih mudah untuk melabuhkan kapal nya di teluk, teluk di Banten yang dapat dapat terhubung dengan sungai dari lautan ke pedalaman penggunungan adalah Sungai Banten, atau kita kenal Cibanten.

 


Gambar ; On The Spot dengan latar belakang Menara Masjid Pecinan tinggi


Berdasarkan temuan prasejarah berupa beliung-beliung di Situs Banten Girang, diperkirakan wilayah ini telah menjadi ajang aktivitas perdagangan internasional pada sekitar awal Abad Masehi. Sungai Cibanten yang bersumber dari kaki Gunung Karang. Aliran sungai ini pendek hanya sekitar tiga puluh kilometer, tetapi menyambungkan laut dengan pegunungan vulkanis Karang-Pulasari-Aseupan yang subur.

 

Kesuburan tanah ini menjadikan Banten sebagai tempat tumbuhnya tanaman perkebunan yang menarik perhatian pendatang-pendatang dari berbagai bangsa . Sepanjang aliran sungai inilah tercatat situs-situs tua penting yang barkaitan dengan berbagai babak sejarah Banten, yakni Kasunyatan, Odel, Kelapadua, Serang, dan Kota Lama Banten Girang.



 Gambar ; Masjid Kasunyatan dan Menara


Banten Girang adalah sebuah dataran tinggi yang dekat dengan Desa Sempu. Saat ini masuk wilayah Kota Serang. Letaknya sekitar 10 km dari pelabuhan Banten yang sekarang. Kota tua ini ditandai dengan makam keramat yang dinamai sebagai makam Ki Jongjo. Konon makam ini adalah makam kakak beradik Ki Jong dan Agus Jo yang dijadikan satu sebagai pemeluk Islam yang pertama di Banten.

Fakta sejarah Ki Jongjo semakin dikuatkan dengan kronik Portugis yang ditulis Joao de Barros yang menulis tentang Falatehan yang pada kurun abad 16 pergi ke "Bintam". Di sana dia diterima oleh tokoh terkemuka yang kemudian masuk Islam. Pada tahun 1200-1400 M, kota Banten Girang merupakan kerajaan yang relatif otonom. Pada masa ini dapat dinyatakan bahwa perdagangan dengan Tiongkok mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut terlihat dari persentase temuan keramik Cina dari masa sezaman (Dinasti Song dan Yuan) yang berjumlah lebih dari setengah seluruh temuan keramik.

 


Video ; Di dalam Taman Kawasan Situs Pecinan tinggi, bersama M Yusuf BPCB Serang


Berkembangnya agama Islam secara bertahap di wilayah Banten pada akhirnya menggantikan posisi politis Banten Girang sebagai kerajaan bercorak  Hindu.  Banten Girang sebagai kerajaan yang runtuh/dikalahkan harus di tinggalkan dan Banten Girang berubah secara politik dari kerajaan yang bercorak Hindu-Budha berubah menjadi Kerajaan Islam, yakni Kesultanan Banten , di Banten Girang ini lah menjadi ibu kota kesultanan serta pusat pemerintahan Kesultanan Banten di gerakan pertama kali. Kesultanan Banten ditata lebih teratur sebagai sebuah wilayah politis. Sebagai langkah awalnya, pendiri Kerajaan Islam Banten memindahkan pusat pemerintahan dari pedalaman (Girang) ke Surosowan (pesisir). Faktor geografi, ekonomi, politik sangat berperan dalam pemindahan/pembangunan keraton. Walau Islam mengajarkan tauhid, unsur magis (kosmologis) dalam pemindahan/pembangunan Kesultanan Banten masih sangat kuat. Buktinya, pemindahan dari Girang ke Surosowan atas petunjuk Sunan Gunung Jati (ayah Maulana Hasanuddin, pemegang Kesultanan pertama Banten). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Muharram tahun 933 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526. Tanggal perpindahan ini kemudian dijadikan ‘hari jadi (HUT)’ Kabupaten Serang.

 

Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, di tahun 1408, Sunan Gunung Djati mengirim putranya Maulana Hasanuddin ke Banten yang berjarak satu jam dari Serang, tepatnya di wilayah Banten Girang, Maulana Hasanuddin di Banten menyebarkan agama Islam, dan karenanya perhatian orang-orang Banten tertarik untuk memeluk agama Islam. Setelah banyak orang-orang Banten memeluk agama Islam. Ia memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan yang disebut Kesultanan  Banten.


Gambar ; Peta Kota Banten 1596

 

Pendirian awal Kota Surosowan oleh Sultan Maulana Hasanuddin atas petunjuk ayahnya Sunan Gunung Djati sebagaimana diketahui dari cerita sejarah atau Babad Banten pupuh XIX. Ditunjukan   letak keraton, pasar, alun-alun dan juga pembangunan tempat ibadah Masyarakat Tiongkok  yang beragama Islam di daerah bernama Dermayon kecamatan kramatwatu Kabupaten Serang provinsi Banten.yang dikenal dengan Situs Masjid Pecinan Tinggi, dan sekaligus di daerah tersebut menjadi tempat tinggal dan berdagang bangsa Tionghoa,halini di buktikan dengan terdapatnya satu rumah kuno abad 18 M bergaya Tionghoa yang masih relatif utuh. Rumah pribadi tersebut kini tidak terawat dengan beberapa kerusakan terutama di bagian atap. Rumah tersebut merupakan satu-satunya rumah kuno bergaya Tionghoa yang tersisa di Kota Banten Lama. Pada jarak ±100 m di selatan rumah ini terdapat situs Masjid Pecinan Tinggi.

 

Masjid Pecinan Tinggi ini diduga kuat merupakan salah satu masjid tertua di Kota Kuno Banten Lama yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1522-1570) (Amalia 2017:A385). Pada bagian utara situs itu terdapat makam Tionghoa yang memiliki nisan dengan prasasti berbahasa dan aksara Tiongkok yang menjelaskan pemilik makam yaitu pasangan suami istri bernama Tio Mo Sheng dan Chou Kong Chian yang berasal dari Desa Yin-Shao. Batu nisan tersebut diperkirakan didirikan tahun 1843. Makam itu berdiri sendiri, tidak berada di dalam kompleks pemakaman (Amalia 2017:A389).

 

Masjid Pecinan Tinggi memiliki Menara masjid memiliki satu pintu masuk,pintu menara memiliki bentuk bagian atas melengkung (arc), dengan tinggi pintu 1,8 m, lebar 75 cm dan tebal 50 cm. Perlu mencapai enam anak tangga yang terbuat dari batu karang untuk mencapai pintu menara. Menara juga dapat dimasuki. Menara Masjid Pacinan Tinggi memiliki kesamaan bentuk dengan menara Masjid Kasunyatan yang terletak di Desa Kasunyatan, tidak jauh dari tempat itu Selain Masjid Agung Banten, masjid-masjid yang sebelumnya didirikan di Banten Lama (seperti Masjid Pacinan Tinggi dan Kasunyatan) juga memiliki menara.

 

Dalam berita Belanda tahun 1596 itu disebutkan adanya berbagai Pecinan ini terdapat  golongan masyarakat pedagang yang berasal dari berbagai bangsa dan negeri. Termasuk pedagang-pedagang Cina mempunyai perkampungan sendiri yang terletak di sebelah Barat bergabung dengan orang-orang Portugis. Para pedagang dari Cina banyak memperdagangkan macam-macam sutera, laken, beludru, satin, benang, emas, piring, porselin dan lainnya. Sedangkan orang Arab dan Iran memperdagangkan macam-macam batu-batuan seperti delima dan obat- obatan. Sama halnya dengan para pedagang dari Cina dan Arab para pedagang dari negara lain pun memperdagangkan barang-barang khas dari negara mereka masing-masing, yang diperjual belikan di pasar Kesultanan Banten.

Dalam catatan orang Inggris, pedagang asing di Banten seperti, orang Bengali, Gujarat, Malaysia, Abesinia, Cina, Portugis, dan orang Belanda, tempat tinggal mereka ditempatkan di luar tembok kota, bahkan orang India yang datang dari perbatasan negara, telah disediakan tempat tinggal yang sama dengan pedagang asing lainnya. Mereka memiliki pasar untuk komoditas tertentu, atau bertukar yang berada di bagian timur kota. Seluruh penduduk asing dari pedagang akhirnya dipekerjakan di pabrik Inggris, dan untuk menyimpan komoditas mereka.

Sejak imigran Cina datang ke Banten, mereka telah mendirikan pemukiman yang kemudian dapat membentuk jaringan yang memungkinkan pertukaran tenaga kerja, pekerjaan, modal, barang, dll. Menurut para pedagang Cina, Banten adalah pasar utama lada dan rempah-rempah lainnya. Pedagang Inggris dan Belanda memiliki pabrik utama mereka, dan para pedagang dari Arab dan Hindostan pun datang ke Banten. Pendapat pedagang Cina mengatakan pedagang Eropa merupakan pedagang yang paling boros, mereka bisa membunuh dan menghukum mati penduduk asli bahkan penduduk asing, guna mendapatkan keuntungan yang besar dalam perdagangan mereka.

 

Kesultanan Banten mempertahankan hubungan dagang yang erat dengan Dinasti Ming dari Cina. Dalam catatan Belanda pada tahun 1596, menggambarkan gambaran yang jelas tentang suasana perdagangan yang intens di Banten, perdagangan tersebut dilakukan di atas kapal, banyak orang Jawa dan negara-negara lain seperti Turki, Cina, Bengali, Arab, Persia, Gujarati, dan lain-lain yang melaukan perdagangan. Setiap negara mengambil tempat di kapal tempat mereka memajang barang- barang mereka sama seperti jika ada di pasar. Kesultanan Banten terdiri dari berbagai lapisan dan telah mencerminkan suatu masyarakat yang kompleks sebagai suatu kota. Keadaan kota di Kesultanan Banten tidak hanya ditinggali oleh penduduk pribumi, tetapi dari berbagai negara pun tinggal dan meramaikan Kota Banten sebagai pedagang.

 


Gambar ;  Rumah Kuno TiongHoa di Kampung Darmayon


Menurut Willem Lodewycksz Daerah Pecinan ini merupakan menggambarkan keramaian perdagangan di Kesultanan Banten. Bahwa di Kesultanan Banten ada tiga pasar yang dibuka setiap hari termasuk salah satu nya adalah pasar di Pecinan ini yang buka setiap hari hingga malamhari, dua pasar lain yaitu, terletak di sebelah Timur Kota Karangantu dan pasar ketiga nya adalah terletak di alun-alun dekat Masjid Agung.


 Gambar ; Tiga Prahurit Kesultanan Banten


Pecinan juga merupakan merupakan konsentrasi pemukiman ras Cina dengan aktivitas bidang jasa, terutama perdagangan, selain pasar Pecinan juga merupakan  tempat penunjang perdagangan di Kesultanan Banten.

Banyak faktor yang dapat di kaji tentang runtuhnya Situs Pecinan Tinggi, dan karena factor keterbatasan dan kelemahan penulis dalam menmukan sumber Sejarah Pecinan, memungkinkan penulis menyebutkan beberapa factor runtuhnya Situs Pecinan Tinggi, antara lain ;

1.    Sistem ekonomi politik terbuka dan tertutup, dalam perdagangan Internasional

2.    Peraturan jual-beli, proses penawaran, penentuan harga, semuanya telah mengikuti pola atau sistem yang telah ditetapkan oleh para pedagang Eropa.

3.    Kebijakan politik internal dan eksternal atas ekonomi Banten menyebabkan terjadinya fluktuasi harga perdagangan, persaingan dagang yang tidak sehat antar bangsa Eropa sangat berpengaruh besar terjadinya fluktuasi.

4.    Faktor iklim yang tidak menentu serta banyaknya penyakit yang menyerang tanaman komoditas membuat panen mengalami penurunan. Akibatnya harga komoditas eskpor-impor mengalami kenaikan dan penurunan.

5.    Perjanjian ekonomi Kesultan Banten dengan pedagang Belanda, yang menguntungkan Belanda

6.    faktor iklim yang tidak menentu serta banyaknya penyakit yang menyerang tanaman komoditas membuat panen mengalami penurunan. Akibatnya harga komoditas eskpor-impor mengalami kenaikan dan penurunan.

 

 *Sudtajat Senda

   Guru Sejarah SMA N 1 Ciruas, Kabupaten Serang-Banten

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)