Ulama Pemimpin Gerakan Sosial di Banten



 Ulama Pemimpin Gerakan Sosial 

di Banten


Oleh 

Sudrajat Senda


Mengarahkan pengaruh sesuatu kepada seseorang, sekelompok membutuhkan kemampuan untuk dapat mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan pengaruh tersebut dan kemudian tujuan pengaruh itu dapat tercapai sesuai dengan proses yang di rencanakan atau mengikuti proses pengaruh yang dinamis.


Kemampuan dalam suatu gerakan, adalah dorongan yang utama dalam mencapai keseimbangan, baik itu gerakan secara individu, secara kelompok sosial, dan struktur lingkungan.


Gerakan sosial yang terjadi di Banten pada tahun 1808-1850, merupakan gerakan perlawanan ketidak seimbangan, ketidak Adilan, akibat dari ruang religius, ekonomi, politik, juga budaya tak terkendali, sehingga muncul lah gerakan protes, huru hara, pemberontakan, dan kerusuhan-kerusuhan baik terjadi secara individu, kelompok yang di pimpin oleh kaum agama, kaum bangsawan, dan para saudagar.


Gerakan sosial di Banten saat itu tidak terhindarkan, karena teramat sangat membebani rakyat, rakyat tertekan, oleh sistem politik penguasa Kesultanan Banten yang memberikan ruang tanpa kendali kepada bangsa asing untuk menerapkan kebijakan secara langsung ke rakyat, seperti, kebijakan tanam paksa (Culture stelsel), sewa tanah (landelijke steel sel) , kontrak ekonomi (economische contracten), bayar pajak ( belasting betalen), eksploitasi tenaga kerja (arbeidsuitbuiting), penghapusan lembaga lembaga tradisional dan penggunaan kaum feodal untuk memburuk keadaan Banten dalam memeras rakyat.


Kaum agama dan kaum bangsawan yang memiliki kemampuan pengaruh menggerakkan rakyat, terutama petani yang sangat tertindas untuk menghimpun kekuatan yang tidak teratur menjadi suatu gerakan yang efektif, kaum petani merupakan kekuatan fisik yang utama dan kaum petani merupakan unsur yang mutlak dalam gerakan gerakan di Banten.


Para ulama memegang peranan penting dan menjadi tumpuan gerakan , karena para ulama mampu memperkuat perasaan perasaan keagamaan tinggi, dengan perasaan perasaan yang tinggi ini lah menjadi kekuatan yang di takuti oleh penguasa yang melibatkan bangsa asing yang dholim, mereka penuh waspada dan penuh mempersiapkan pasukan militer nya.


Sekalipun kesultanan di hapuskan dari sistem politik oleh penguasa asing, kehidupan keagamaan masyarakat Banten tidak mengalami perubahan, bahkan menjadi tumpuan utama rakyat dalam menyalurkan keinginan mereka, rakyat sangat menggantungkan kharisma Sultan yang hilang ke tangan ulama, untuk memimpin gerakan perlawanan kepada penguasa asing.


Rakyat, baik kaum petani, nelayan, perampok, penyamun, gerombolan gelandangan, bajak bajak, budak, dan kaum disertir, yang menggantungkan kharisma Sultan kepada Ulama.


Selama awal abad ke 19, Banten terus menerus timbul gerakan, baik itu pemberontakan, kegaduhan, kerusuhan, berandalan, perampokan, dan sebagainya, gerakan tersebut terjadi mengguncangkan masyarakat dan pemerintah yang berkuasa. Setelah kesultanan di hapuskan , tidak ada tahun yang berlalu tanpa gerakan perlawanan, setidak tidaknya empat gerakan keras yang terjadi pada tahun 1820, 1822, 1825 dan 1827, gerakan perlawanan itu di pimpin : 

- Mas Rate

- Tumenggung Muhammad (Menes)

- Mas Jakaria/Kyai Santri

- Raden Adipati Jayakusumaningrat

 

Gerakan yang terjadi di tahun 1836, di Banten , di pimpin oleh

- Nyi Mas Gumparan


Gerakan yang terjadi di tahun 1839, di Banten, di pimpin oleh

- Kyai Gede 

- Pangeran Kadli

- Mas Jembeng 

- Putra Mas Jakaria


Gerakan yang terjadi di tahun 1840 di Banten, di pimpin oleh

- Mas Anom

- Mas Serdang

- Mas Asing

- putra Mas Jakaria


Gerakan Cikandi udik yang terjadi di tahun 1845, di pimpin oleh

- Amir

- Sarinten


Gerakan Wakhia, yang terjadi tahun 185 di Banten, di pimpin oleh

- Raden Bagus Jayakarta

- Haji Wakhia

- Tubagus Iskak

- Mas Derik

- Mas Diad Satus

- Nasid

- Asidin

- Penghulu dempolj


Gerakan gerakan perlawanan pada umumnya di pimpin oleh kaum agama dan kaum bangsawan, hal ini karena mereka memiliki kharismatik, sehingga mudah untuk menggerakkan massa dalam melakukan gerakan perlawanan kepada pemerintah.


Selama bertahun-tahun di Banten selalu terjadi perlawanan , pemberontakan, kerusuhan, perampokan, dan sebagainya yang di lakukan untuk membebaskan rakyat dari belenggu penderitaan, penindasan Pemerintah serta bertujuan untuk mengembalikan tatanan lembaga lembaga tradisional yang bebas dari pengaruh asing.





Komentar

  1. Jossss......ada leluhur saya tuh pak Ajat...Mas jembeng

    BalasHapus
  2. Ada sejarah detail Mas jembeng

    BalasHapus
  3. Mas Jembeng, putra Mas Jakaria yang memimpin gerakan dengan banyak pengikut yang di kerahkan untuk membebaskan rakyat yang terikat dengan perjanjian kontrak dalam culture stelsel

    Beliau sangat di hormati dan terkenal namanya dengan Isyu kesaktian , melakukan gerwakan perlawanan bukan hanya di Serang, namun juga di daerah Anyer, dan pandeglang , dengan waktu singkat beliau mampu membunuh pasikan kolonial .

    Kemudian Mas Jembeng juga sempat menyusun kekuatan baru dari kepulangannya dari banyu wangi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)