TITIK BALIK RAMADHAN



TITIK BALIK RAMADHAN 

' لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه


Ramadhan beranjak pergi, bulan penuh rahmat dan ampunan berputar berganti, menyisakan harapan doa selama bulan Ramadhan berharap terwujud, perih penuh harap yang belum pasti,  meninggalkan ramadhan ini, berprasangka baik kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, semoga dosa-dosa terampuni.

Tekad merubah diri,  atas dosa dosa dan ingkar hamba yang tersadar oleh karena Ramadhan-Mu.

Ramadan ini adalah titik balik hamba sebagai manusia yang senantiasa menginginkan hidup penuh dengan doa, dzikir,  dan renungan pembersih,  karena yakin apa yang terjadi dalam hidup ini membuktikan bahwa Allah SWT,  begitu sayang dan Cinta.


فبئس القوم الذين لا يعرفون الله إلا في رمضان

“Sungguh jelek suatu kaum yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 10/140]

Pedih meninggal kan Ramadhan ini, tersisa doa doa yang belum terwujud, kiranya bulan bulan setelah Ramadhan akan tetap terus berdoa untuk gapai yang tersisa.

Sebelum ajal menjemput, kuatkan tetap hamba berdoa yang tersisa itu layaknya berdoa di bulan Ramadhan. Berharap  doa Malaikat Jibril yang mustajabah, dan diaminkan oleh Rasul yang mulia ini tidak menghampiri hamba menjadi celaka.

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan, tetapi sampai Ramadhan berakhir, ia belum juga diampuni.” [HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod dari Jabir radhiyallahu’anhu, Shahih Al-Adabil Mufrod: 501]

Doa yang tersisa, sepuluh malam yang paling indah, ada malam yang penuh berkah, raihlah dengan sholat malam berjama’ah,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa sholat malam ketika lailatul qodr karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Senantiasa kan hamba menjadi teladan, seperti Rosulullah, padahal dosa-dosa beliau yang telah lalu maupun yang akan datang; telah dianugerahi ampunan, dari Allah yang Maha Penyayang,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi waktu yang lainnya.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan maka beliau mengencangkan sarungnya (tidak berhubungan suami istri dan mengurangi makan dan minum), menghidupkan malamnya (dengan memperbanyak ibadah) dan membangun keluarganya (untuk ibadah).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه

“Bahwasannya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau masih melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Teladan dan petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wa sallam di sepuluh hari yang tersisa, beliau beri’tikaf agar lebih fokus dan lebih giat dalam beribadah kepada Allah ta’ala, memutuskan diri dengan aktifitas dunia, dan mengurangi interaksi dengan manusia,

فمعنى الاعتكاف وحقيقته: قطع العلائق عن الخلائق للاتصال بخدمة الخالق

“Makna i’tikaf dan hakikatnya adalah memutuskan semua interaksi dengan makhluk demi menyambung hubungan dengan khidmah (beribadah secara totalitas) kepada Al-Khaliq.” [Lathooiful Maarif, Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 191]

Beda kan hamba dengan orang-orang yang sudah melupakan masjid-masjid,  hambat hamba untuk mendatangi  pasar-pasar, mal-mal dan jalan-jalan, demi baju baru lebaran, demi berbagai macam makanan di hari raya, babaskan diri hamba dari api neraka.

Ramadhan ini,  di akhir malam ini hamba menyesali segala kekurangan, berbenah diri menggapai ampunan, jadikan yang terbaik.

عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إلا القليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام ومن فرط فليختمه بالحسنى

“Wahai hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan telah bertekad untuk pergi, dan tidak tersisa waktunya kecuali sedikit, maka siapa yang telah berbuat baik di dalamnya hendaklah ia sempurnakan, dan siapa yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia menutupnya dengan yang lebih baik.” [Lathooiful Ma’arif, Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 2

Air mata penyesalan dan renungan perpisahan, bersama doa dan harapan, semoga berjumpa lagi di masa yang akan datang,

كيف لا تجرى للمؤمن على فراقه دموع وهو لا يدري هل بقي له في عمره إليه رجوع

“Bagaimana mungkin air mata seorang mukmin tidak menetes tatkala berpisah dengan Ramadhan, Sedang ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi.”


Sehatkan dan bersihkan lahir dan bathin keluarga hamba dari godaan Syetan yang terkutuk.

Dengan segala kerendahan hati, perkenankan kami mengucapkan:

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَا وَ مِنْكُمْ صِيا منا وَ صِيَامكم كُلُّ عَامٍ
وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
 آمــــــــــــــين.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1440 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

1. Sudrajat Senda Bin Muhammad. Kusen
2. Purnawati Drajat Binti Sudrajat Senda
3. Muhammad Fathan Abdurrahman Bin Sudrajat Senda
4. Cikala Raya Karina Binti Sudrajat senda
5. Al Ghozali Sabqi Arrafif Bin Sudrajat senda
6. Muhammad Khaldun Rusyd Bin Sudrajat Senda.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)