PERLAWANAN PEMBODOHAN BANGSA




PERLAWANAN  PEMBODOHAN


Sudrajat Senda

Selama puluhan tahun, seluruh rakyat Indonesia di sekolah membaca buku-buku Sejarah Nusantara, yang memuat data-data yang salah, berorientasi ke barat dan bahkan banyak yang masih merupakan peninggalan penjajah atau dari sudut pandang penjajah.

Demikian juga dengan Sejarah Indonesia, yang tidak memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.



Namun bukan hanya karena penulisan sejarah saja yang salah, melainkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah juga  sangat minim dan salah.

Belanda menjajah Indonesia 3,5 abad. Jepang menjajah Indonesia 3,5 tahun. Demikianlah pendapat hampir seluruh rakyat Indonesia hingga kini. Yang sehubungan dengan masa penjajahan Belanda 3,5 abad, tidak pernah dijelaskan secara rinci, kapan dimulainya penjajahan Belanda di Indonesia, dan kapan berakhirnya.



Yang berpendapat bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun  tidak terbatas pada rakyat biasa, bahkan beberapa (mungkin semua) menteri sekalipun sampai sekarang masih berpendapat seperti ini, sebagaimana diucapkan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu beberapa waktu lalu, dan Menteri ESDM, Sudirman Said, ketika meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Bantul pada 4 Mei 2015. Tidak tertutup kemungkinan, bahwa para pimpinan nasional- berpendapat seperti ini.



Selain masalah penulisan sejarah, masalah yang tak kalah penting adalah pandangan terhadap keabsahan pernyataan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Banyak pakar hukum, diplomat dan politisi Indonesia yang cenderung membenarkan versi Belanda dan bahkan tidak sedikit yang berpendapat, bahwa Indonesia baru memperoleh kemerdekaan penuh pada 27 Desember 1949, yaitu ketika Belanda “menyerahkan kewenangan” (transfer of sovereignty/soevereniteitsoverdracht) kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).

Yang sangat mengejutkan adalah pernyataan Menteri Luar Negeri RI ketika memberi Keynote Speech di acara peringatan di Linggajati pada 11 November 2006. Dia dengan gamblang membela versi Belanda yang tidak mengakui Proklamasi 17 Agustus 1945. Dia mengatakan a.l.:



“… Kemerdekaan dimungkinkan dalam pengertian hak menentukan nasib sendiri apabila demand metropolitan powers, negara penjajah dapat menyetujui, by agreement, sesuatu yang merupakan akibat dari kesepakatan, bukan merupakan hak, tetapi produk dari perundingan, kalau pihak yang lain tidak setuju, maka kemerdekaan itu tidak akan ada …


… saya sering mempertanyakan setiap tanggal 17 Agustus dibacakan naskah proklamasi. Kita memaknai kami bangsa indonesia dengan ini menyatakan dengan ini kemerdekaannya, pertanyaan saya tadi, apakah bisa? Seperti yang saudara telah ketahui, tidak bisa sebenarnya, menurut tatanan dunia internasional pada saat itu…”


Masalah Sejarah yang diputar balikan peristiwa nya oleh penguasa pun perlu kita permasalahkan,  yah contohnya tentang genggaman (hegemoni)  ekonomi bisa di buat oleh penguasa, seperti paparan di bawah ini ;


Belanda, Portugis, Spanyol, Venesia, Inggris, dan beberapa negara eropa lainnya, dengan pengaruh kapitalisme perseteruan penguasaan wilayah di mulai, sehingga terjadi adu kekuatan besar. Perang besar. Rebutan lahan. Rebutan sumber daya.



Penguasaan wilayah jadi sesuatu yang sangat potensial dan strategis dalam penguasaan ekonomi,  termasuk penguasaan wilayah Nusantara,  yang saat itu di tahun 1500 M, nusantara dalam genggaman China, India, Turki, yang menguasai dengan struktur politik konstitusi berbentuk kerajaan dan Kesultanan. Raja-raja dan Sultan Sultan di Nusantara menerapkan pajak tanah atas lahan, dibayar pake hasil panen. itu benar-benar reka ulang kegelapan Eropa.


Ekonomi dan penguasaan wilayah, jadi sesuatu yang penting, siapa yang wilayahnya besar, maka upetinya besar. Tapi yang terjadi adalah lingkaran setan, guna memenangkan hegomoni penguasa, mereka butuh sumber daya uang, sumber daya logistik, dan itu dari pajak tanah.



Karena perseteruan melibatkan banyak negara Eropa, pajak tanah makin susah diambil. Petani gak bisa berladang secara stabil, karena penguasaan wilayah berpindah silih berganti ke pemenang perseteruan . Rakyat di Nusantara merasa tidak ada kepastian : "kami bayar pajak, supaya keadaan aman dan nyaman siapa pun penguasanya, tapi kok tak kunjung aman dan nyaman, apa lagi adil dan makmur rakyatnya itu mah jauh tidak berpihak ke rakyat, yah...rakyat nya harus sadar dong ..mana mungkin bisa aman,nyaman, adil dan makmur itu terwujud untuk rakyat, yah hasil panen dan pajak nya lari ke negara negara Eropa,. ..kan mereka eropa yang bangun , penguasa kita nya mah media global aja, dan di kendalikan oleh mereka negara yg punya duit/modal, ..  .. Hussst jangan kaitkan dengan penguasa sekarang yah,  .. Hik.   Hik.. .




Kemudian Eropa ini mengalihkan sumber pemasukannya ke PERDAGANGAN. Dan cara paling ampuh adalah menguasai jalur perdagangan dan "malakin" yang lewat. Bayar uang lewat. Sederhana. Laut mediterania jadi primadona, karena benar-benar ditengah. Utaranya eropa, selatannya afrika, timurnya asia,... crossing kapal-kapal dagang.

Ada dua kerjaan yang gontok-gontokan, sampai-sampai Paus pada saat itu membagi dunia jadi 2 wilayah. Inilah konsep teranilus yang diyakini, bahwa diluar negara eropa, lahan tanpa kepemimpinan kerajaan eropa adalah tanah kosong yang bisa diakusisi. Mirip teori liberasum nazi.



Akhirnya Belanda dan Portugis akhirnya gontok-gontokan disekitar nusantara. Portugis berhasil membangun kekuatan armada lautnya, menguasai malaka, dan akhirnya menahan arus perdagangan nusantara via laut. Demak pun yang basisnya maritim akhirnya turun performa. Kita masuk fase agraris. Mataram selanjutnya.

Nah, Belanda yang tertahan penguasaan laut malaka oleh Portugis akhirnya menemukan jalan baru via pantai timur Sumatra kemudian masuk selat Sunda. Cornelis De Houtman dibisiki jalur rahasia itu, sampai lah ke Banten,...



Tidak perlu ketemu Portugis di malaka untuk masuk ke daerah tropis yang penuh sumber rempah. Jalur nya out of the box, langsung ambil titik dari afrika paling selatan lalu crossing Samudera Hindia yang akhirnya bisa mendarat di ujung Banten.

Samudera yang ombaknya normal 3 meter dan kalo bergejolak bisa 10 meter lebih ini menjadi jalur uji nyali Cornelis and the gank, untuk mencari lahan dengan sumber daya.

Alhasil, singkat story, dari 4 kapal yang dikirim, kembali 2 kapal, dan setengah awak kapal tewas karena konflik dengan penduduk lokal, ada juga yang wafat di jalan akibat mengerikannya jalur samudera yang ditempuh.

Inilah yang menginspirasi mereka. 2 kapal yang kembali ke Belanda mendapatkan untung 400%. Belanda heboh, Staten General sebagai dewan pemerintahan Belanda mendorong lahirnya kongsi dagang (VOC),  gar ekspedisi ke "Indianya Belanda" ini bisa full power. Ditenagai modal besar dengan segala infrastrukturnya. Dan gak perlu saling bersaing. Ukhuwahnya duit. TOP. Bersatu mereka.



Akhirnya dibangunlah persekutuan dagang dari 17 pemilik modal besar. Atau de heeren XVII. Lahirlah VOC di tahun 1602. Verenidge Oost Indische Compagnie. Persekutuan dagang India Timur.

VOC ini unik, entah gimana mereka mendesain diri mereka, pemerintah Belanda memberikan hak untuk membangun tentara sendiri, mencetak uang sendiri, melakukan kependudukan, melakukan perjanjian dengan kerajaan-kerjaaan lokal. (Hak Octrooi), Perusahaan rasa negara,  namun milik asing,.. .yah kalo sekarang BUMN kita begitu gak yah, .. Mirip kali yahhh. ..



Semua infrastruktur itu tujuannya sederhana : mencari area pendukung sumber daya untuk Belanda. Mencari sumber bahan baku. Mencari sumber barang yang bisa diperdagangkan mahal di Eropa, sebagai pondasi kekuatan ekonomi Belanda. Dan harus monopolistik, jangan sampe direbut Portugis.

Begitu VOC datang, penetrasinya manis, secara perlahan dibangunlah strategi cantik agar kekayaan alam Indonesia di ekstraksi.

- melobi penguasa lokal agar perdagangan hasil bumi bisa lancar. Sengaja dibangun komunitas elite yang melayani kepentingan VOC. Menjadi tangan menekan pribumi agar mau nurut nanam ini itu untuk VOC.



........Mirip kan dengan kondisi Indonesia sekarang,.. Yah beda tipis aja dengan desain nya. . He...  He..

- secara perlahan memonopoli perdagangan. Petani hanya boleh jual ke VOC. Tidak boleh ke yang lain. Harga diatur yang beli.

Nah yang ini gimana ...Mirip banget gak nih dengan rezim sekarang. . Ga mirip jg gak papa kok. 

- membangun struktur budaya agraris yang pro VOC. Petani yang awalnya bisa menanam apapun, beternak ayam, sapi, memenuhi kebutuhan hidupnya, akhirnya hanya boleh menanam apa yang VOC butuhkan : kopi, tebu, rempah... sisa-sisanya masih ada sampai sekarang. Semua stasiun kereta api di Jawa dekat dengan gudang tebu.



- membangun infrastruktur, jalan yang menghubungkan ujung barat jawa ke timur jawa. Daendels membangun itu untuk memuluskan proses ekstraksi pada negeri. Jadi... bangun infrastruktur itu ternyata niatnya menjajah pada dahulu kala. Jangan dibawa-bawa ke isu sekarang ya.. saya bahasnya Daendels.

- melestarikan strata sosial di peraturan Revling pasal 163 : golongan 1 kulit putih eropa, atau kulit putih yang negara asalnya berhukum ke eropa. Golongan kedua asia timur jauh, dan golongan 3 pribumi yang menjadi pelayan kepentingan VOC. Hmmm.. strata sosialnya terasa sampai sekarang. VOC gak berani taruh Pribumi di golongan kedua karena jumlahnya banyak, kalo sejahtera bahaya, jadi diletakkan di kelas 3. Supaya Gak Berdaya di Negeri Sendiri. Ahaayy dehhhh. . ..



- menjadikan nusantara menjadi basis negara penyuplai bahan baku saja. Gak boleh ngolah. Gak boleh kaya. Dibangunlah budaya di pengusaha nusantara untuk jangan sulit-sulit mikir pengolahan. Cukup dekat dengan penguasa, ekstraksi hasil alam, lalu kirim ke VOC...  Opsssss



Tahun 1602, VOC bercokol perlahan, wajar jika Sultan Agung Raja Mataram melakukan penyerangan ke Batavia di 1629. Gak sampai 30 tahun, kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah sadar, kalo ada yang tidak beres. Kita sedang dijajah. . . .. Wow 30 tahun loh kita baru sadarnya..  Masa sih. ..



Walau VOC bangkrut di 1800, tetapi Belanda bercokol 140an tahun berikutnya, hingga terbitlah Tirani Matahari terbit . Semangat si Jepang datang juga mirip-mirip. Walau selesai dalam 3,5 tahun.

Penjajahan dengan topeng perdagangan "memaksa" ini mendarah daging sejak ratusan tahun di negeri ini. Saya rasa keturunan owner VOC yang sekarang mungkin sudah generasi ke tujuh, punya SOP atas apa yang dilakukan moyangnya. Dan para elite pribumi yang jadi kaki tangan VOC nampaknya juga melakukan kaderisasi yang baik hingga hari ini. Karena kok polanya sama : kita cuma bisa jual bahan baku hingga hari ini.



Berharap tulisan singkat ini  , ada makna nya yahhh.....:

1. Andaikan kita gak berencana untuk negeri kita, maka negeri lain yang berencana untuk diri kita. Kita masuk dalam rencana dan desain orang lain.

Indonesia 1945 merdeka. Bung Karno dan Bung Hatta ngerti banget makna kolonialosme dan impreliasme. Tapi masuk orde baru kita ketemu sejarah lahirnya Penanaman Modal Asing (PMA). Ya mirip-mirip VOC. Atas narasi bahwa kita gak bisa ngolah sumber daya alam sendiri, akhirnya kita bawa kumpeni datang secara elegan, kita jadi karyawan, digaji, entah fair atau nggak, dan mereka ambil hasil alam kita. Silakan berdialektika.

Maka kita harus punya RENCANA sebagai komunal anak negeri. Mikirnya jangan cuma sampai 2019, tapi sampai 2045... sampai 2145 ... seperti apa strategi kita sebagai negara.. .. Dih gimana nya,.. Harus di rencana kan di tahun 2019 dongg. . Kan ada ada pemilihan penguasa/presiden...hik..hik...



2. Tidak ada kata selain LAWAN, terhadap mitos taqdir yang menyemat di negeri pinggiran penopang bahan baku industri dunia.

Desain ratusan tahun ini harus kita lawan. Batu bara harus jadi energi untuk pabrik-pabrik pengolahan kita. Bahan mentah harus kkta olah, investasi ke dunia pengolahan harus maksimal. Kita harus berani bikin pabrik pengolahan, harus berani lawan barang impor, dengan melakukan penyediaan dalam negeri. Ilmuwan-ilmuwan pintar yang putus asa sama negeri ini harus dibawa kembali pulang. Untuk membangun Indonesia.

3. Entrepreneurship adalah kunci perlawanan perang tahap tiga.

Perlawanan perang tahap satu adalah kerajaan-kerajaan di Nusantara ini melawan secara sporadik ke VOC yang skalanya negara, solid, dan penuh logistik.

Perlawanan tahap dua adalah perlawanan tokoh muda pergerakan yang melahirkan Indonesia sebagai negeri yang berdaulat secara hukum dan kewilayahan. Tapi untuk ekonomi rasanya belum berdaulat.. .. Eiit kan sudah di mulai nih. 

Maka di perlawanan tahap 3 ini, kita memutuskan perlawanan pada sektor ekonomi. Pantas saja dana asing tidak ramah pada gerakan filantropi entrepreneurship, karena menghadirkan kelas pengusaha pribumi yang kokoh dan massive adalah musuh kolonialisme. Intinya : jangan sampai yang pinter itu sejahtera. Jangan sampai anak bangsa yang punya hati untuk negeri, jadi kaya, sejahtera, nanti merepotkan kolonialisme dan imprealisme gaya baru.



Menurut Saya ini yang perlu kita sadari. Sejarah kelam bangsa ini seperti arus sungai besar yang harus berani kita belokkan. Harus kita bendung, dan kita belokkan taqdirnya. Atas izin Allah.

Struktur elitenya rasanya masih bercokol. Hati hati yah,.  Kita harus bertindak sesuai dengan konstitusi aja. .


Desain bahwa negeri ini hanya dijadikan penopang bahan baku juga terasa banget... akhirnya pendapatan perkapita kita mentok tumbuh lamban di 4.000 dollar per tahun, sementara Malaysia tetangga sudah di 14.000 dollar. Sedih.

Kita harus berani membangun kekuatan sosial : mengubah arus keberterusan sejarah sebagai bangsa jajahan.



Kita gak bisa muter-muter di edukasi bisnis dan penguatan kompetensi pengusaha saja. Phelps gak akan bisa berenang di kolam OLI. Atlet sehebat apapun gak akan bisa main bola di lapangan penuh radiasi nuklir. Gak cukup bikin pengusaha hebat, kita butuh membangun EKOSISTEM hebat untuk anak negeri.


1602 VOC datang, 1628 untuk pertama kalinya Sultan Agung berani menyerang VOC. Perlu puluhan tahun untuk membangun kesadaran perlawanan. Saya yakin akan muncul pergerakan perlawanan itu. .. Semoga Allah setuju. ..

Komentar

  1. Terimakasih mas, tulisan yg bagus, senang membacanya. Sejarah kita selalu nyalahin orang lain atas penderitaannya, melankolis dan tidak logis.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)