‘Melek Politik” Generasi Milenial




‘Melek Politik” Generasi Milenial


Oleh
Sudrajat Senda*

Kamu harus dengan Suara ini, suara yang keluar dari dalam goa, goa yang penuh lumut kebosanan, walau hidup adalah permainan, walau hidup adalah hiburan. Tetapi kami tak mau dipermainkan dan Kami juga bukan hiburan,... Masalah moral, masalah akhlak biar kami cari sendiri, urus saja moral mu, urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau.(Iwan Fals, 2004.)

“Karena,...Kalian sedang berebut tempat duduk kekuasaan, tapi melupakan Keadilan, kalian kehilangan akal sehat, dan tak lagi peduli dengan kesejahteraan rakyat, kalian telah gadaikan hati nurani dengan segudang janji, kalian telah meracuni rakyat dengan kata-kata berbusa, kalian perdagangkan rakyat dalam hajatan (pemilu) rakyat, kalian putar balikan visi dan misi partai, kalian suguhkan mitos-mitos kemakmuran.”

Agar terbentuknya sebuah sistem politik yang demokratis, perlu diadakan pemilu, berlangsung langsung, jujur, adil, umum, bebas, dan mandiri, sehingga rakyat dapat menentukan pemimpin-pemimpin mereka  , yang akan duduk di Istana dan “Gedung Rakyat” Senayan yang kemudian diharapkan akan menyalurkan aspirasi serta kepentingan rakyat, kemudian langsung mereka memperhatikan nasib rakyat yang dilaksanakan oleh mereka, agar tujuan  pembangunan politik yang terarah dapat meningkatkan penataan dan pembangunan kehidupan konstitusional, meningkat moral, etika, dan budaya politik.





Masa depan suatu bangsa tidak lepas dari keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik negara sebagai penerus cita-cita Bangsa, bukan mereka menikam duka rakyat, tapi seharusnya menyulam menjadi suka, Indonesia yang sesungguhnya adalah negeri yang kaya raya, terbutki hampir pejabat di pemerintahan baik, menteri, BUMN, kepala Daerah, memiliki harta berlimpah, malah berkembang biak mulai dari petinggi negeru sampai ke tingkat kelurahan, itu penyelenggara negaranya, Bangsanya sesungguhnya tak punya pekerjaan, yang kelaparan saling menikan, bencana alam mengamuk, karena terkeruk oleh kemaruk, rakyat tak mampu menyekolahkan anaknya, kecuali di gubuk kumuh, disekolah persis tempat “sampah”.


        “Melek politik” Generasi Milenial Indonesia saat ini adalah rakyat yang cerdas siapa yang harus Generasi Milenial tentukan untuk mewakili rakyat dipemerintahan, pandanagan politik bangsa Indonesia terhadap peta politik juga ditentukan oleh latarbelakang pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikannya maka maka pandangannya terhadap politik semangkin baik, tetapi ini pun kalo dibarengi dengan tingkat aktivitasnya di Organisasi, memang tidak semua rakyat yang pendidikanya tinggi menjamin pandangannya baik terhadap politik, sinergisnya pendidikan dan aktivitasnya di Organisasi semakin tajam mata hatinya dalam memandang siapa yang akan mewakilinya di pemerintahan.


         Maka dengan ini hati-hati dengan para calon-calon wakil dan pemimpin rakyat nanti yang sudah mempetakan politik di mana wilayah-wilayah pembodohan, terutama di wilayah yang tergolong wilayah yang mengalami kesulitan atau disulitkan dalam mengakses informasi.


                 Kita menginginkan pemilu adalah momentum politik yang terselenggara dengan kesadaran berpolitik yang cerdas, karena latar belakang diatas rakyat memahami pemilu adalah sebagai mekanisme demokrasi Pancasila, dan memiliki arti penting bagi kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat walaupun belum sampai ketingkat substansial, karena itu mengingatkan kepada partai politik untuk tidak berkampanye  tengah-tengah rakyat yang melek politik karena kampanye bagi rakyat yang memiliki latar belakang pendidikan dan rakyat aktif berorganisasi tidak akan mempengaruhi terhadap mereka. Ini juga karena disebabkan partai politik saat berkiprah kontras dengan saat kampanye,...realita yang ada mereka politisi membuktikan sudah mempetontonkan Korupsi, Sogokkan, dan nepotisme,...sudah berapa triliun rupiah uang negara yang mereka warisi kepada rakyat, persoalan korupsi adalah persoalan bangsa, karena kita saat ini menderita yang tak kunjung berakhir, bahkan bertambah berat dari hari ke hari, telah sama dirasakan.


Sementara sekelompok penguasa mulai dari kursi eksekutif, Yudikatif, dan Legislatif hidup bermewah-mewah, hal ini telah menjadi nyata menjadi bukti, betapa korupsi telah menghancurkan sendi-sendi keadilan dinegeri ini, masihkah kita terus mendengkur atas janji-janji kosong penguasa itu. Tentu Tidak, kita harus melek politik dan bergerak melawan ketidakadilan itu agar mentari keadilan bersinar d negeri ini. Awan gelap dalam berpolitikan di Indonesia perlu kita singgap dengan mengawasi kiprah kaum politisi yang haus kekuasaan dan yang tidak pernah membuktikan kepada rakyat bahwa, pendidikan, kesehatan, keamanan, kemakmuran dan sebagainya terjamin oleh negara, namun sayang sampai hari ini kita tak pernah merasakannya, dan hal ini membuktikan bahwa kaum politisi itu telah gagal dalam menyelesaikan persoalan bangsa.



         Tak kunjung pernah selesai adalah masalah memilih pemimpin yang punya masalah bukan pemimpin yang bersih, mata hati kita dan kekritisan kita adalah sebuah modal besar bahwa pada dasarnya kita masing-masing adalah pemimpin kita sendiri, sebab sudah jelas bahwa nasib kita tak akan pernah sama, nasibku bukan nasibmu, namun alangkah indahnya yang tak sama itu kita satukan menjadi kekuatan sepenanggungan bahwa kita sebenarnya di kondisikan penguasa yang korup, manipulatif.

           Gejala alam yang kita tangkap dengan mata hati adalah bahwa bencana Gempa Bumi, Tsunami, banjir, Meletusnya Gunung, Reklamsi, dan penambangn pasir laut utara Serang, dan banyak lagi ditempat lain kerusakan moral, kekerasan terjadi dalam rentang waktu yang sangat pendek adalah sebuah berita di balik peristiwa sehingga diperlukan kemampuan khusus dalam menangkan pesan-Nya. Tentu dengan segala kehebatannya itu, gejala alam yang ditempilkan alam merupakan bahan ajar, belajar yang sangat baik 




          Kalian sedang berebut tempat duduk kekuasaan, tapi melupakan Keadilan, kalian kehilangan akal sehat, dan tak lagi peduli dengan kesejahteraan rakyat, kalian telah gadaikan hati nurani dengan segudang janji, kalian telah meracuni rakyat dengan kata-kata berbusa, kalian perdagangkan rakyat dalam hajatan (pesta demokrasi) rakyat, kalian putar balikan visi dan misi partai, kalian suguhkan tos-mitos kemakmuran.”

            Partai politik yang tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam kampanyepun menjadi penentuan rakyat yang “melek politik’ untuk merubah pandangan dan pendapat nya nanti, perilaku partai politik pun akan menjadi sorotan rakyat yang aktif dalam kehidupan berpolitik.

*Guru Sejarah SMAN 1 Ciruas, Kab. Serang - Banten





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)