Hari Pendidikan Nasional : Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian.
Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian.
Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian /
Agama sebagai topeng yang menjijikkan /
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja /
Hukum dan kesehatan diperjual belikan //
Syair Iwan Fals dalam bait ketiga baris ke empat ;
―Pendidikan adalah anak tiri
yang kesepian‖.
Menjelaskan tentang manusia/pemerintah yang
memiliki sifat tidak adil/dhalimdengan pendidikan terpinggirkan korupsi merajalela pendidikan terpinggirkan. Pencipta lagu gelisah dengan kondisi orang-orang yang berilmu pengetahuan seharusya
menggunakan akal sehat dan nurani dalam mengelola negara
Dhalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan
perkara, berat sebelah dalam tindakan, mengambil hak orang yang lebih dari batasnya atau memberikan hak orang kurang dari
semestinya.
Sifat dhalim ini diancam dengan firman Allah dalam al-
Quran:82
Tidaklah bagi orang dhalim itu sahabat karib atau pembela yang dapat ditakuti (Q. S. 40 al-Mu‘min: 18)
Demikianlah sifat dan sikap dhalim sebagai qabihah yang merusak hidup dan kehidupan manusia. Jika sifat dan sikap dhalim itu telah membudaya dalam diri manusia dan masyarakat, maka akan timbullah kekacauan, kekusutan dan bencana. Dapat dibayangkan jika berat sebelah dipraktekkan di rumah dengan melakukan pemberian yang tidak adil kepada anak-anak, niscaya akan menumbuhkan kegelisahan. Anak yang merasa diperlakukan tidak adil akan ribut dan menimbulkan protes kepada orang tuanya.
Dalam hubungan ini ahli-ahli akhlak mengemukakan hal-hal yang mendorong seseorang berlaku dhalimatau berat sebelah:84
a. Cinta dan benci: barangsiapa yang mencintai orang biasanya ia
berlaku berat sebelah kepadanya. Misalnya orang tua yang karena
cintanya kepada anak-anaknya, maka sekalipun anaknya salah,
anak itu dibelanya. Demikian kebencian kepada seseorang,
menimbulkan suatu sikap yang tidak lagi melihat kebaikan orang
itu, tetapi hanya menonjolkan kesalahannya.
b.Kepentingan diri sendiri: Karena perasaan egois dan individualis,
maka keuntungan pribadi yang terbayang menyebabkan seseorang
berat sebelah, curang dan culas.
c. Pengaruh luar: adanya pandangan yang menyenangkan, keindahan
pakaian, kewibawaan, kefasihan pembicaraan dan sebagainya
dapat mempengaruhi seseorang berat sebelah dalam tindakannya.
Pengaruh-pengaruh tersebut dapat menyilaukan perasaan hingga
langkahnya obyektif.
Demikianlah maka dalam menegakkan keadilan dengan jujur dan lurus dalam segala hal, baik yang menyangkut urusan perseorangan maupun kemasyarakatan, hendaklah membebaskan diri dari pengaruh
dalam, berupa hawa nafsu dan pengaruh luar yang dapat menjerumuskan kepada kedhaliman dalam tindakan dan keputusan.85
Dari penjabaran syair tersebut peneliti berpendapat bahwa pemerintah tidak adil, maka sebenarnya nilai pendidikan akhlak yang dapat kita ambil adalah manusia harusnya berlaku adil kepada
siapapun.
Apalagi mereka yang berkedudukan sebagai pemimpin. Pemimpin ummat yang amanah dan tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip akhlak.
Dengan bekal sifat-sifat mahmudah seperti: beriman, bertaqwa, kelebihan rohani, jasmani, berilmu pengetahuan, berani, jujur, hikmah, lapang dada, penyantun, pengasih, ikhlas, tekun, sabar.
Makap didapatlah pemimpin melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, dengan mengambil sikap adil. Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. Jika hakim menegakkan neraca keadilannya dengan lurus dikatakanlah dia hakim yang adil dan jika dia berat sebelah maka dipandanglah dia dhalim. Pemerintah dipandang adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota maupun di desa-desa.
Dalam hal itu
diingatkan dalam al-Quran:86
Hai orang-orang beriman! Hendaklah kalian berdiri lurus karena Allah menjadi saksi atas keadilan. Janganlah kebencian kepada suatu kaum menyebabkan kalian tidak menjalankan keadilan.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan patuhlah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu tahu betul apa-apa yang kalian kerjakan. (Q.S. 5 al-Maidah: 8)
Sebagai pelopor dari keadilan yang menjadi uswatun hasanah adalah pribadi Nabi kita Muhammad saw. Dimana semua gerak-geriknya, perkataan dan keputusannya semua memancar dari mata air keadilan.
Sebagai contoh keadilan beliau iala apabila dalam perjalanan, beliau turut bekerja mengurus makanan dan keperluan bersama sahabt-sahabatnya. Dalam pembangunan masjid, beliau turut mengangkat batu dan turut menggali pasir dan dalam peperangan Kahndaq beliau turut serta menggali parit. Sebagai suami dalam hubungan dengan isteri-isterinya, beliau tunjukkan keadilan yang sempurna baik nafkah lahir maupun nafkah batin. Kalau ingin pergi jauh, beliau undi siapa yang kena undian itulah yang dibawanya. Sebagai kepala negara dan haim beliau tegakkan neraca keadilan itu dengan betul, hingga pernah menyatakan:87
Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaa aku
potong tangannya. (HR Bukhari)
Keadilan adalah sendi kemakuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu jika prinsip keadilan ini ditegakkan niscaya akan terwujud kesejahteraan dan keamanan.
Nilai akhlak pada bait ketiga ini yang terkait dengan Pendidikan adalah dhalim. Akhlak tersebut termasuk dalam kategori akhlak tercela, oleh sebab itu nilai yang dapat kita ambil adalah lawan dari sifat dhalim yaitu sifat adil.
Sumber ;
MUHIMATUL ALLIYAHNIM. 1423301280
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO2018
Komentar
Posting Komentar