PRAMUKA


Muantabss,.....




HUT RACANA UNILA 2015


Add caption

























































































































































































































PERSAMI SAKA WIRA KARTIKA KODAM III/SILIWANGI
Buper Kiarapayung H. Mashudi, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat  3 - 5 Februari 2012
Lomba Tingkat III Kwarcab Serang
Pos IV
 Penegak & Siaga
Dian Sukmawan SENI BERBICARA (RETORIKA)
I.     PENDAHULUAN
Menjadi pemimpin memang bukalah hal yang mudah,semua harus cerdas. Termasuk cerdas dalam cara berbicara. Seorang pemimpin harus tahu tekhnik-tekhnik berbicara yang bagus agar supaya apa yang disampaikan dapat dipahami dengan cepat dan mudah oleh bawahannya. Dalam buku ini akan dipaparkan bagaimana seharusnya seorang berkomunikasi atau berbicara menyampaikan maksud dan tujuannya kepada bawahan dengan melihat dari segala macam aspek.                        
                                                                                                                                                                                                                                                         
Kalau memang ada tempat tinggal dari hal yang sulit dimengerti dan dinamakan "hubungan", maka ia adalah pendengaran anda. sebagai manusia, Anda mempunyai banyak keinginan dan kebutuhan. kalau anda membuat daftarnya, maka dibagian atasnya anda akan mendapatkan kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk merasa penting dan dihargai, dan kebutuhan untuk menjadi dan merasa sebagai bagian dari sesuatu yang lebih dari diri anda. ini semua merupakan kebutuhan utama, dan semuanya bisa dipenuhi melalui cara anda mendengarkan orang lain dan cara mereka mendengar kepada anda.
II.   MATERI POKOK
Setiap orang mampu berbicara di depan umum, asal tahu caranya. Demikian kata John May, seorang pemilik sekolah kepribadian di Amerika. Inilah kiat-kiat yang diberikannya: 1. Rencanakan Rencanakan apa yang akan anda katakan. Pikirkan masak-masak terlebih dahulu agar nanti tidak sampai "blak" di tengah-tengah. Kalimat yang bernada optimis nampaknya manjur untuk terus membuat pendengar tetap tertarik. 2.Berlatih Berlatihlah terlebih dahulu dengan merekamnya. Hindari bunyi-bunyi yang tak perlu seperti: "e", "eh'' atau "em" di tengah-tengah kalimat. Berusahalah berbicara dengan lancar. 3. Jangan Tegang Jangan biarkan pendengar menangkap kegugupan anda. karena itu, tenangkan diri dengan mengambil napas dalam-dalam sambil mengosongkan pikiran beberapa menit.
4. Kuasai Panggung Tampilkan diri anda. Berdirilah tegak dan penuh percaya diri, jangan menghindar. Jangan bingung dengan tangan anda. Melipatnya di dada mungkin bisa membantu. Bangkitkan minat mereka dengan berdiri sejenak di podium dan edarkan pandangan anda ke seluruh ruangan sebelum berbicara.
5. Ramah Pendengar ingin suasana akrab, karena itu senyum akan jadi awal yang baik. 6. Ucapkan dengan Jelas Ucapkan tiap kata dengan jelas. Gunakan seluruh suara anda, jangan menahannya dan jangan bergumam. 7. Ucapkan Kalimat-kalimat Sederhana Hindari mengemukakan definisi-definisi. Pendengar tak akan mendengar seluruh masalah yang anda ungkapkan. Karena itu, catat saja empat masalah  utama yang akan anda kemukakan lengkap dengan kesimpulannya. 8. Cakup Seluruh Pendengar Tunjukkan minat anda pada mereka dengan memandang mereka yang di susut kanan, kiri dan belakang secara bergantian. Lontarkan lelucon-lelucon. 9. Perhatikan Waktu Satu jam adalah batas maksimal untuk berbicara pada konferensi bisnis, kurang dari sepuluh menit pada pesta-pesta seperti perkawinan, sunatan, dan sebagainya. Jika perlu, pasang alarm arloji anda. 10. Berlatih Kontinu Teruslah berlatih dengan mencoba mengemukakan pendapat pada tiap kesempatan seperti diskusi-diskusi, rapat-rapat, arisan, dan sebagainya, karena kemampuan berbicara hanya bisa didapat dengan latihan yang terus menerus.
Dengan seni berbicara yang baik, kita akan dapat menyampaikan materi (presentasi) dengan baik. Karena presentasi bukanlah sekadar membaca apa yang tertulis di layar saja. Di situ terlibat emosi penonton. Kita adalah seorang sutradara yang sedang mengatur sebuah film. Kita yang menentukan opening dari film tersebut seperti apa. Kita yang menentukan saat tegang di mana, kapan saat tertawa. Kita yang menentukan kapan klimaks dari penyampaian kita dan akhirnya ditutup dengan ending yang memukau.
Presentasi memerlukan skill tersendiri untuk bisa menyampaikan hal tersebut. Memang ada beberapa kawan kita yang mempunyai bakat. Mereka secara otomatis tanpa dipikirkan akan dengan mudahnya mengatur situasi dan kondisi penonton. Bagi mereka yang ‘tidak berbakat’ bukan berarti tidak bisa.
Walau terkadang materi yang disampaikan adalah sama. Tetapi bila dibawakan oleh orang-orang yang terlatih, maka perhatian peserta didik (audiens) akan tersedot, sehingga menjadi sebuah keajaiban tersendiri.
Pada tahap awal tentunya kita harus mengalahkan diri kita sendiri. Musuh utama pada tahap awal adalah kurang rasa percaya diri. Bagaimana presentasi kita bisa sukses bila kita minder duluan. Membangun rasa percaya diri adalah modal mutlak bagi public speaker.
Tahap berikutnya masih berkutat di diri sendiri. Yakni menekan Ego. Terkadang apabila topik yang kita sampaikan ditolak atau dimentahkan, kita secara otomatis segera memasang tembok pertahanan setinggi mungkin dan setebal mungkin. Kata-kata kita terkadang menjadi tidak terarah, membentengi seluruh hasil presentasi kita.
Hal tersebut lumrah sebagai manusia. Hal tersebut justru akan merugikan kita, sehingga kita tidak bisa membawa mereka kea rah yang kita kehendaki. Ibarat belajar ‘bermain layangan’; kapan kita harus ‘menarik benang’, kapan kita harus’ mengulur benang’.  Maksudnya kapan kita boleh menyerang, kapan kita menahan diri dan mencoba mengakomodasi dari masukan-masukkan yang ada.
Pengalaman atau jam terbang sangat menentukan. Semuanya perlu dilatih terus, sehingga kepekaan ini akan muncul dengan sendirinya. Sisanya adalah skill yang relatif lebih mudah dibandingkan mengalahkan ‘diri sendiri’ di atas. Intonasi penyampaian (kapan disampaikan secara berapi-api, kapan disampaikan secara tenang dsb), aktif melibatkan penonton, joke-joke segar, penyampaian yang digabungkan dengan berita terkini (headline koran). Masih banyak lagi.
III.  PENUTUP
Sebagai calon Pemimpin Pandega perlu dilatih berbicara di depan umum. Dengan dicoba diberi topic-topik, sederhana dan mereka diminta kesesokan harinya untuk menyampaikannya di depan racananya.
       
KEPUSTAKAAN
Kanadeva, 2010. Seni Berbicara Di Depan Umum.
                                                                                      
CARA MENANAMKAN DISIPLIN
PADA PESERTA DIDIK
I.     PENDAHULUAN
1.   Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
2.   Sikap disiplin yang sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan tidak lagi dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya.
3.   Ketaatan dan kepatuhan  terhadap peraturan  dapat diartikan adanya ketaatan akan peraturan:
a.   Tuhan YME/Agama.
b.   Masyarakat, Bangsa dan Negara.
c.   Orang tua.
d.   Terhadap dirinya sendiri.
e.   Terhadap sesama manusia.
4.   Sikap dan perilaku yang sedemikian ini tercipta dalam proses binaan melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, pendidikan di masyarakat dan terutama keteladanan dari lingkungannya.
II.   MATERI POKOK
1.   Disiplin mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu:
a.   Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib, sebagai proses atau pengembangan dari belajar/latihan yang berupa pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
b.   Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan, perilaku, norma, kriteria, dan standar, yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang dalam atau kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, norma kriteria dan standar tadi merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan.
c.   Perilaku wajar (tanpa tekanan) yang menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal dengan cermat dan tertib.
2.   Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga perilaku disiplin tersebut mengakar semakin kuat.
3.   Cara menanamkan dan mengembangkan disiplin bagi peserta didik:
a.   Menanamkan dan mengembangkan disiplin pada peserta didik dalam Gerakan Pramuka tidak dengan cara diajarkan dan tidak juga dengan cara didoktrinkan/dipaksakan, tetapi ditumbuhkan dari “penyadaran diri” peserta didik melalui kegiatan yang menarik, menantang, yang mengandung pendidikan dan dilakukan secara berkesinambungan, sehingga pada diri  peserta didik tumbuh kesadaran bahwa mematuhi peraturan merupakan kiat menuju sukses.
b.   Pembina Pramuka dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, Metode Kepramukaan dan Sistem Among dalam setiap kegiatan kepramukaan melalui keteladanan perilaku, akan dapat mengkondisikan timbulnya kesadaran dan tumbuhnya disiplin pada diri peserta didik.

Postingan populer dari blog ini

Konflik dan pergolakan kepentingan (vested interest).

Paham-paham Baru di Eropa

Konferensi Asia Afrika (KAA)